Sunday, April 19, 2015

Mekanisme Proses Pembekuan Darah

Mekanisme Proses Pembekuan Darah
Perdarahan merupakan salah satu dari komplikasi pencabutan gigi. Perdarahan mungkin menjadi komplikasi yang paling ditakuti baik oleh dokter maupun pasiennya yang dianggap mengancam kehidupan. Pengetahuan dan anamnesis  yang tepat oleh dokter gigi terhadap pasiennya  dalam  mendiagnosis, mencegah  dan  penanganannya  sangat diperlukan.

Penyebab perdarahan dapat disebabkan secara lokal maupun sistemik. Secara lokal seperti trauma yang terjadi berlebihan. Secara sistemik seperti individu dengan penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan atau pasien yang minum aspirin dosis tinggi atau agen anti-radang yang lain yang nonsteroid. Semua itu berisiko perdarahan. Bermacam-macam tes laboratorium bisa mengkonfirmasikan/menyingkirkan masalah atau mengidentifikasikan bagian yang khusus yang menyebabkan kegagalan mekanisme pembentukan beku darah. Apabila pasien mengalami mekanisme beku darah yang terganggu, perawatan adalah merupakan kerja sama dokter gigi dan dokter umum.

Penanganan perdarahan sangat tergantung dari penyebab terjadinya perdarahan, dapat dengan  cara penanganan  lokal  atau  perlu  diberikan  obat-obatan  yang  membantu proses pembekuan darah.

Untuk itu, dokter gigi harus menjaga komunikasi yang jelas dan terbuka, tidak hanya dengan pasien, tetapi juga dengan dokternya atau hematologist. Ini akan memastikan bahwa dokter gigi memperoleh informasi lengkap, dan penting, kontrol kondisi pasien, dan rekomendasi manajemen pasien sebelum dan setelah operasi.

Pengertian darah


Darah adalah medium untuk transportasi massal jarak jauh berbagai bahan antar sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Transportasi semacam itu penting untuk memelihara hemostatis. Darah terdiri dari cairan kompleks yaitu plasma tempat unsur-unsur sel-eritrosit, leukosit, dan trombosit-didalamnya. 

Eritrosit (sel darah merah) pada dasarnya adalah suatu kantong hemoglobin yang terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dan CO2 di dalam darah. Leukosit (sel darah putih), unit-unit pertahanan system imun, diangkut dalam darah ke tempat-tempat cedera atau invasi mikroorganisme penyebab penyakit. 

Karena darah sangat penting, harus terdapat mekanisme yang dapat mempercepat kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pembuluh darah. Trombosit (keeping darah) penting dalam hemostatis, penghentian peradarahan dari suatu pembuluh yang cedera.

Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah berperan dalam hemostatis dengan berfungsi sebagai medium untuk membawa berbagai bahan ke dan dari sel, menyangga perubahan pH, mengangkut kelebihan panas ke permukaan tubuh untuk dikeluarkan, berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh, dan memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah.

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah, jumlahnya dapat bermacam-macam, mulai dari sedikit sampai menyebabkan kematian. Perdarahan merupakan masalah yang memerlukan penanganan khusus.

Ada 3 tipe perdarahan :4

Perdarahan arterial : Darah tampak keluar menyemprot dan berwarna merah segar

Perdarahan venous (pembuluh darah balik) : Darah keluar mengalir dan berwarna kehitaman. Aliran darahnya kurang cepat dibandingkan dengan aliran darah pada perdarahan arterial

Pendarahan kapiler : Darah keluar merembes dan berwarna  diantara warna pada perdarahan arterial dengan pada perdarahan venous.

Pengetahuan menngenai anatomi merupakan jaminan terbaik untuk menghadapi kejadian yang tidak diharapkan yaitu perdarahan pada arteri atau vena. Regio-regio resiko tinggi adalah palatum dengan palatina mayor, vestibulum bukal molar bawah dengan fasialis, margo anterior ramus mandibular yang merupakan jalur perjalanan dari buccalis dan region apical molar ketiga yang terletak dengan alveolaris inferior. Regio mandibular anterior juga merupakan sumber perdarahan karena vaskularisasinya melimpah. Keadaan patologi juga mengakibatkan resiko perdarahan misalnya hemangioma. Secara umum, adanya lesi yang tumbuh dengan cepat adalah potensial berbahaya karena pertumbuhan tersebut memerlukan banyak suplai darah.

Gejala-gejala klinis perdarahan :

Klas I ( Kehilangan darah sampai 15% dari volume darah)
Disini belum memperlihatkan tanda-tanda klinis seperti kegelisahan, takikardi dan lain-lainnya

Klas II (kehilangan darah 15-30% dari volume darah)
Tanda-tanda klinis antara lain : kegelisahan, takikardi, dan tekanan darah biasanya menurun. Kulit terlihat pucat dan menjadi dingin apabila disentuh. Biasanya tipe ini tidak digunakan untuk transfusi darah.

Klas III (kehilangan darah 30-40% dari volume darah)
Tanda-tanda klinis antara lain : kegelisahan, takikardi dan sistolik menurun

Klas IV (kehilangan darah lebih dari 40% volume darah)
Tanda-tanda klinis antara lain :kegelisahan, takikardi, dan nadi menjadi lemah yang selanjutnya pasien kesadarannya mulai menurun.

Faktor pembekuan darah


Faktor
Peranan pada pembukan darah
I      Fibrinogen
Prekursor fibrin
II    Protrombin
Proensim, diaktifkan oleh tromboplastin
III   Tromboplastin
Diperlukan untuk merubah protrombin menjadi thrombin
IV    Kalsium
Diperlukan pada semua tahap
V     Proaccelerin
Diperlukan untuk pembentukan tromboplastin
VI   Tidak lagi digunakan

VII  Proconvertin
Diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi trombin
VIII Faktor antihemofilik (AHF)
Diperlukan untuk pembentukan tromboplastin
IX  Komponen plasma thrombo plastin
Diperlukan untuk pembentukan tromboplastin
X       Faktor Stuart-Prower
Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin dan perubahan dari protrombin menjadi trombin
XI  Anteseden tromboplastin plasma
Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin
XII    Faktor Hageman
Mengawali proses pembekuan darah in vitro
XIII   Faktor stabilisasi fibrin
Merubah fibrin menjadi polimer fibrin


Mekanisme pembekuan darah


Hemostatis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak. Hemostatis melibatkan tiga langkah utama :

Spasme vaskuler
Pembuluh darah yang terpotong atau robek akan segera berkonstriksi akibat respons vaskuler inheren terhadap cedera dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh rangsang simpatis. Konstriksi ini akan memperlambat aliran darah melalui defek, sehingga pengeluaran darah dapat diperkecil. Karena permukaan endotel(bagian dalam) pembuluh saling menekan satu sama lain akibat spasme vaskuler awal ini, endotel tersebut menjadi lengket dan melekat satu sama lain, kemudian menutup pembuluh yang rusak. Tindakan visik ini saja tidak cukup untuk secara total mecegah pengeluaran darah selanjutnya, tetapi penting untuk memperkecil pengeluaran darah dari pembuluh yang rusak sampai tindakan-tindakan hemostatik lainnya mampu menyumbat defek tersebut.  

Pembentukan sumbat trombosit
Trombosit dalam keadaan normal tidak melekat ke permukaan endotel pembuluh darah, tetapi apabila lapisan dalam ini rusak akibat cedera pembuluh, trombisit akan melekat ke kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa yang terdapat di jaringan ikat dibawahnya. Setelah berkumpul ditempat cedera tersebut, trombosit mengeluarkan beberapa zat kimia penting dari granula simpanan mereka. Diantara zat kimia tersebut adalah adenosine difosfat (ADP), yang menyebabkan permukaan trombosit dalam sirkulasi yang lewat menjadi lengket dan melekat ke lapisan trombosit yang pertama. Trombosit yang baru melekat ini mengeluarkan lebih banyak ADP, sehingga lebih banyak lagi trombosit yang melekat, demikian seterusnya, dengan demikian sumbat trombosit cepat terbentuk ditempat cedera melalui mekanisme umpan balik positif.

Proses penumpukan ini diperkuat oleh pembentukan suatu zat kimia perantara, tromboksan A2,dari komponen membran plasma trombosit yang berkontak dengan kolagen. Walaupun mekanisme pembentukan sumbat trombosit saja sering cukup untuk menambal sedemikian banyak robekan halus dikapiler dan dinding pembuluh lainnya yang sering terjadi setiap hari, lubang yang lebih besar di pembuluh ini memerlukan pembentukan bekuan darah agar secara total menghentikan perdarahan

Koagulasi darah

Koagulasi darah atau pembekuan darah adalah transformasi darah dari cairan menjadi sel padat. Pembentukan suatu bekuan di atas sumbat trombosit memperkuat dan menunjang sumbat, memperkuat tambalan yang menutupi lubang di pembuluh. Selain itu, seiring dengan memadatnya darah disekitar defek pembuluh, darah tidak lagi dapat mengalir. Koagulasi adalah mekanisme hemostatik tubuh yang paling kuat, dan hal itu diperlukan untuk menghentikan perdarahan dari semua defek kecuali defek kecil.

Langkah terakhir dalam pembentukan bekuan adalah perubahan fibrinogen, suatu protein plasma besar yang larut dan dihasilkan oleh hati serta dalam keadaan normal selalu terdapat di plasma, menjadi fibrin, suatu molekul berbentuk benang yang tidak larut. Perubahan menjadi fibrin ini dikatalisasi oleh enzim thrombin di tempat pembuluh yang mengalami cedera.

Molekul fibrin melekat ke permukaan pembuluh yang rusak, membentuk struktur  mirip jarring longgar yang menangkap unsur-unsur sel darah. Massa yang terbentuk, atau bekuan darah, biasanya tampak merah karena banyaknya sel darah merah yang terperangkap, tetapi dasar dari bekuan tersebut adalah fibrin yang berasal dari plasma. Kecuali trombosit, yang berperan penting dalam mengubah fibrinogen menjadi fibrin, pembekuan darah dapat berlangsung tanpa kehadiran unsur sel lain dalam darah.

Jaring fibrin awal bersifat lunak karena jalinan yang dibentuk oleh serat-serat fibrin tersebut bersifat longgar. Namun, antara serat yang berdekatan membentuk ikatan kimia dan dikatalisasi oleh faktor XIII(faktor stabilisasi fibrin) yang dalam keadaan normal dalam plasma. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengaktifkan faktor XIII untuk menstabilkan jarring fibrin yang sudah terbentuk, meningkatkan agregasi trombosit, yang pada gilirannya penting untuk proses pembekuan dan bekerja melalui mekanisme umpan balik positif untuk mempermudah pembentukan dirinya.

Monday, April 13, 2015

Pengertian Hubungan Kerja

Pengertian Hubungan Kerja
Hubungan kerja merupakan faktor yang sangat dominan di dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, hubungan kerja harus secara terus menerus ditingkatkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara optimal. Sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu organisasi memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, orang-orang atau bagian-bagian yang terkandung di dalam organisasi dan pihak-pihak yang terkait dengan pencapaian tujuan, harus melakukan hubungan kerja dengan sebaik-baiknya. Pada kegiatan yang lebih luas dalam kompleks hubungan kerja ini semakin menjadi penting, mengingat dalam era globalisasi tidak satupun unit kerja atau organisasi yang dapat mencapai tujuan tanpa melakukan hubungan kerja dengan unit kerja yang lain. 

Di dalam pemerintahan (Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen) atau Instansi pemerintah lainnya sebagai suatu organisasi juga mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuannya seluruh aparat dan bagian yang ada di dalamnya atau pihak-pihak lain yang terkait perlu mengadakan hubungan kerja. Bahkan lebih dari itu, semua bagian harus bergerak sebagai satu kesatuan yang terkoordinasi. Kegiatan hubungan kerja dalam organisasi merupakan bagian integral dan komprehensif dalam mencapai tujuan dari organisasi yang bersangkutan.

Orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi agar dapat mencapai tujuannya itu, harus bekerja sama, baik antara mereka di dalam organisasi maupun antara mereka dengan pihak lain yang ada di luar organisasi. Kalau terjadi kerjasama antara dua pihak maka belum berarti bahwa ada hubungan kerja antara pihak-pihak yang bekerja sama tersebut. Hubungan kerja juga, timbul karena masing-masing yang tergabung dalam organisasi mengadakan pembagian kerja untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan. Setiap bagian mempunyai fungsi. Setiap bagian mempunyai sasaran dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat mencapai tujuan organisasi maupun sasaran dari masing-masing bagian organisasi pada dasarnya harus ada hubungan kerja antara individu-individu.

Dari uraian singkat di atas dapatlah dirumuskan pengertian hubungan kerja. Hubungan kerja dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara bagian-bagian atau individu-individu baik antara mereka di dalam organisasai maupun antara mereka dengan pihak luar sebagai akibat penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi. 

Bagian-bagian dengan tingkatan-tingkatan yang ada dalam suatu organisasi merupakan suatu struktur. Untuk memperjelas hubungan antara bagian atau individu yang satu dengan bagian atau individu yang lain dalam organisasi, struktur ini biasanya digambarkan dalam bentuk bagan yang kemudian lebih dikenal dengan bagan struktur organisasi. Bagan sturuktur organisasi itulah yang menggambarkan suatu organisasi formal. Dalam organisasi formal yang tergambar dalam bagan struktur organisasi tampak garis-garis hubungan kerja formal antara bagian-bagian yang ada dalam organisasi yang bersangkutan. Di samping hubungan kerja yang formal, terdapat juga hubungan kerja informal yang tidak berdasarkan atau tidak memperhatikan garis-garis formal seperti tergambar pada bagan struktur. Garis hubungan ini merupakan petunjuk adanya hubungan kerja antar unit dalam mekanisme kerja organisasi. Garis ini juga menunjukkan adanya interaksi antar unit kerja (subsistem) dalam sistem struktur organisasi. 

Hubungan ini ada karena pejabat yang satu atau unit kerja yang satu harus membantu pejabat atau unit kerja yang lain dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi yang telah dibebankan kepadanya. Jadi hubungan kerja dapat dirumuskan sebagai keterkaitan antar pejabat atau antar unit kerja dalam organisasi agar dapat saling bantu dalam menyelesaikan pekerjaan masing-masing dalam melaksanakan tugas organisasi. Contohnya bagian Humas dan Protokol dengan Dinas Perhubungan dan Kominfo Kabupaten Soppeng secara timbal balik. 

Hubungan kerja di dalam organisasi menurut arahnya dapat vertikal, horizontal maupun diagonal yang sifatnya internal. Hubungan kerja ini dapat juga keluar yang dapat disebut hubungan kerja eksternal, seperti hubungan kerja antara organisasi. Misalnya antara organisasi perusahaan dengan organisasi pemerintahan, atau antara organisasi pemerintahan daerah dengan pemerintahan pusat (ini merupakan hubungan kerja antara dua sistem). 

Garis hubungan ini tidak mungkin dihilangkan dari struktur organisasi, demikian juga hubungan kerja di dalam setiap sistem organisasi. Hubungan kerja ini akan lahir bersama-sama dengan terbentuknya organisasi. Demikian karena organisasi terbentuk atas dasar adanya hubungan kerja sama antar orang dan antar kelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu, yang kemudian diikat oleh suatu formalitas tertentu. Tanpa adanya formalitas maka kelompok orang baru dapat disebut kelompok gotong royong semacam kelompok orang yang membantu mendorong mobil mogok di jalan. Proses kegiatannya juga baru disebut proses kerja sama atau gotong royong. Berbeda dengan organisasi formal yang prosesnya dapat disebut administrasi. . 

Tanpa adanya hubungan kerja yang dilaksanakan dengan baik antar berbagai pihak di dalam organisasi maka proses administrasi dari organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik dan efektifitas serta efisiensi organisasi yang bersangkutan akan terganggu. Hubungan kerja di dalam administrasi akan diatur melalui prosedur-prosedur serta metode-metode kerja tertentu.

Di dalam administrasi negara diatur pula hubungan kerja antar lembaga-lembaga kenegaraan yang ada agar jalannya adminstrasi negara benar-benar lancar, efektif dan efisien. Di dalam administrasi negara Republik Indonesia hubungan kerja ini diatur di dalam Ketetapan MPR No. III/ MPR/ 1978 yang mempertegas hubungan kerja yang tertuang dalam UUD 1945.



Daftar Pustaka : Pengertian Hubungan Kerja

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Widjaja. 1986. Komunikasi dan Humas. Bina Aksara. Jakarta

Friday, April 10, 2015

Pengertian, Prinsip dan Unsur Komunikasi

Pengertian Komunikasi



Pengertian, Prinsip dan Unsur Komunikasi
Pengertian komunikasi tidak sesederhana yang kita lihat, sebab para pakar memberi definisi menurut pemahaman dan perspektif masing-masing. Menurut pendapat beberapa ahli, seperti yang dikutip oleh Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Laswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan , melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya”. (Cangara, 2012:21).

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa : “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.”

Everet M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk dan melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.”

Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), di mana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

Oleh karena itu, jika kita berada dalam suatu situasi  berkomunikasi, kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi.(Cangara,2012:21-23).

Prinsip Komunikasi


Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang menunjukkan adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol.

Pengertian, Prinsip dan Unsur Komunikasi
Prinsip Komunikasi dalam Model



Dari gambar di atas, kita dapat menarik tiga prinsip dasar komunikasi, yakni:

  1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences).
  2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya  satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta satu proses komunikasi yang mengena (efektif).
  3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran,atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.
  4. Kedua lingkaran ini tidak akan bisa saling menutup secara penuh (100%) karena dalam konteks komunikasi antarmanusia tidak pernah ada manusia di atas dunia ini yang memiliki perilaku, karakter, dan sifat-sifat yang persis sama, sekalipun kedua manusia itu dilahirkan secara kembar.


Unsur-Unsur Komunikasi


Dalam ilmu pengetahuan unsur atau elemen adalah konsep yang dipakai untuk membangun suatu ilmu pengetahuan. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memengaruhi pengetahuan atau perilaku seseorang. Dari pengertian komunikasi yang sederhana ini, maka bisa dikatakan bahwa suatu proses komunikasi tidak akan bisa berlangsung tanpa didukung oleh unsur-unsur: pengirim (source), pesan (message), saluran/media (channel), penerima (receiver), dan akibat/pengaruh (effect). Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. (Cangara,2012:25).

Masing-masing komponen akan dijelaskan kembali secara ringkas:


  1. Pengirim Pesan. Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan. Oleh sebab itu, sebelum pengirim mengirimkan pesan, si pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan dikirimkannya. Menciptakan pesan adalah menentukan arti apa yang akan dikirimkan kemudian menyandikan/encode arti tersebut ke dalam satu pesan. Sesudah itu baru dikirim melalui saluran.
  2. Pesan. Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa, percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekpresi muka, dan nada suara.
  3. Saluran. Saluran adalah jalan yang dilalui dari si pengirim dengan si penerima. Channel yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan suara yang dapat kita lihat dan dengar. Di samping itu kita juga dapat menerima pesan melalui alat indera penciuman, alat pengecap dan peraba.
  4. Penerima Pesan. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
  5. Efek. Efek adalah respon terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan.