Sunday, February 15, 2015

Strukturalisme Genetik dan Dinamik

Penelitian Sastra dalam Perspektif Strukturalisme Genetik


Strukturalisme Genetik dan Dinamik
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Sastra adalah sebagai lembaga sosial yang menyarankan pandangan dunia pengarangnya, pandangan ini merupakan suatu gagasan, aspirasi dan perasaan yang dapat mempersatukan kelompok sosial masyarakat. Pendekatan strukturalisme genetik Goldmanlah yang paling kuat karena ia mempunyai dasar teori yang jelas dan tetap memberikan tekanan kepada nilai literer karya yang dianalisis.

Latar Belakang Munculnya Strukturalisme Genetik

Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal. Pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi.

Penafsiran terhadap karya sastra yang mengabaikan pengarang sebagai pemberi makna akan sangat berbahaya karena penafsiran tersebut akan mengorbankan ciri khas, kepribadian, cita-cita, dan juga norma-norma yang dipegang teguh oleh pengarang tersebut dalam kultur sosial tertentu.

Jika penafsiran itu menghilangkan pengarang dengan segala eksistensinya di dalam jajaran signifikan, maka keobjektivitasan suatu penafsiran sebuah karya sastra akan diragukan lagi karena memberi kemungkinan lebih besar terhadap campur tangan pembaca di dalam penafsiran karya sastra.


Strukturalisme Genetik

Genetik sastra artinya asal-usul karya sastra adapun faktor yang terkait dengan asal-usul sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan.

Suatu masyarakat tertentu yang menghidupi pengarang dengan sendirinya akan melahirkan suatu jenis sastra tertentu pula. Kecenderungan ini didasarkan atas adanya satu asumsi bahwa tata kemasyarakatan bersifat normatif, artinya mengandung unsur-unsur pengatur yang mau tidak mau harus dipatuhi.

Pendekatan strukturalisme genetik mempunyai segi-segi yang bermanfaat dan berdaya guna tinggi apabila para peneliti sendiri tidak melupakan atau tetap memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya sastra, di samping memperhatikan faktor-faktor sosiologis, serta menyadari sepenuhnya bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu kreativitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi.

Petunjuk Penelitian dengan Metode Strukturalisme Genetik

Penelitian dengan metode strukturalisme genetik dapat diformulasikan sebagai berikut:
  1. Penelitian harus dimulakan pada kajian unsur intrinsik sastra, baik secara parsial maupun dalam jalinan keseluruhannya.
  2. Mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok pengarang, karena ia merupakan bagian dari komunitas kelompok tertentu.
  3. Mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan oleh pengarang.

Strukturalisme Dinamik dalam Pengkajian Sastra

Strukturalisme dinamik merupakan suatu pandangan yang tumbuh akibat suatu proses yang relatif panjang, pemahaman terhadap latar historisnya menjadi sesuatu yang penting. Strukturalisme lahir sebagai reaksi terhadap berbagai metode atau pandangan/ paham kritik sastra sebelumnya.

Strukturalisme berpandangan bahwa untuk menanggapi karya sastra secara obyektif haruslah berdasarkan teks karya sastra itu sendiri. Strukturalisme sebagai suatu pandangan dan metode memiliki fleksibilitas yang tinggi dengan luwesnya dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai reaksi yang menimpanya kemudian, sehingga melahirkan apa yang disebut strukturalisme dinamik. Strukturalisme dinamik muncul untuk mengatasi kelemahan strukturalisme klasik.

Karya sastra berdasarkan strukturalisme dinamik merupakan pengkajian strukturalisme dalam rangka semiotic, artinya karya sastra dipertimbangkan sebagai sistem tanda, sebagai suatu tanda karya sastra mempunyai dua fungsi yang pertama adalah otonom, ialah tidak menunjuk di luar dirinya, yang kedua bersifat informasional, yaitu menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan.

Jika strukturalisme dinamik diterapkan dalam pengkajian sastra, terdapat dua hal yang harus diperhatikan:
  1. Peneliti bertugas menjelaskan karya sastra sebagai sebuah struktur berdasarkan unsur-unsur atau elemen-elemen yang membentuknya.
  2. Peneliti bertugas menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas, karya sastra dan pembaca.
Kedua hal tersebut memiliki kaitan erat. Di satu pihak pengarang melalui kata-katanya sebagai pembawa makna ke dalam struktur karya sastra. Di pihak lain, pembaca sebagai penafsir atas makna-makna tersebut. Keduanya senantiasa bersumber pada konvensi-konvensi budaya yang telah berlangsung dan terjadi sebagaimana dikandung dalam realitas.

No comments:

Post a Comment