Dunia kesastraan mengenal prosa (Inggris : prose) sebagai salah satu genre sastra. Di samping genre-genre yang lain. Untuk mempertegas keberadaan genre prosa, ia sering dipertentangkan dengan genre yang lain, misalnya dengan puisi. Walau pertentangan itu sendiri hanya bersifat teoritis. Dalam hal tertentu, perbedaan itu tampaknya agak kabur. Dari unsur bahasa misalnya : ada bahasa puisi yang mirip bahasa prosa. Di samping ada juga bahasa prosa yang puitis seperti halnya bahasa puisi, dari segi bentuk penulisan pun ada puisi yang ditulis mirip prosa. Namun, berhadapan dengan karya sastra tertentu, mungkin prosa, mungkin puisi, sering dengan mudah kita mengenalinya sebagai prosa atau puisi hanya dengan melihat konvensi (kesepakatan) penulisannya.
Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif, Pengertian fiksi dalam hal ini adalah cerita rekaan atau cerita khayalan. Pengertian fiksi menurut ahli yaitu Abrams, (1981.51) fiksi adalah karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. Dengan demikian menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan.
Sebagai sebuah karya imajinatif, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Pengertian fiksi menurut para ahli lainnya yaitu Altenbernd dan Lewis (1966.14) mengartikannya sebagai “prosa” naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antara manusia.
Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagi unsur intrinsiknya seperti : plot, tokoh, latar, sudut pandang. Kesemuanya ini bersifat imajinatif karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang. Dibuat mirip dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi.
Kebenaran fiksi, ada perbedaan antara kebenaran dalam dunia fiksi dengan kebenaran di dunia nyata. Kebenaran dalam dunia diksi adalah kebenaran yang sesuai dengan keyakinan pengarang. Kebenaran yang diyakini “keabsahannya” sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan.
Sumber : Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Ikip
Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment