Sebuah karya fiksi yang jadi merupakan sebuah bangun cerita yang menampilkan sebuah dunia yang sengaja dikreasikan pengarang. Wujud formal fiksi itu sendiri hanya berupa kata dan kata-kata karya fiksi, dengan demikian menampilkan dunia dalam kata bahasa. Di samping juga dikatakan menampilkan dunia dalam kemungkinan kata merupakan sarana terwujudnya bangunan cerita. Kata merupakan sarana pengucapan sastra.
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas suatu keseluruhan yang bersifat artistic. Sebagai sebuah totalitas novel mempunyai bagian-bagian unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan.
a. Intrinsik dan Ekstrinsik
Secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara garis tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak benar-benar nilai. Pembagian unsur yang dimaksud ada unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Kepaduan antara unsur-unsur intrinsik inilah yang membat sebuah novel berwujud, unsur-unsur cerita inilah yang kita jumpai dalam sebuah novel yang kita bacakan.
Unsur-unsur intriksik dapat dibedakan dengan berbagai macam antara lain :
- Tema
- Alur atau plot
- Latar belakang atau setting
- Tokoh (pengokohan)
- Sudut pandang
Dari unsur-unsur di atas diharapkan dapat diikat dalam satu kesatuan yang membentuk sebuah cerita yang menarik dan bersifat estetik.
Unsur-unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun unsur ini sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya, walaupun demikian unsur ekstrinsik ini cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan.
Unsur-unsur ekstrinsik ini mencakupi beberapah hal antara lain :
- Unsur sosial
- Unsur hukum
- Unsur agama
- Unsur politik
- Unsur budaya
Unsur-unsur di atas sangat berpengaruh dalam sebuah karya fiksi untuk membentuk totalitas dari suatu cerita naratif dan cerita lainnya.
b. Fakta, Tema, Sarana Cerita
Fakta, tema dan sarana pengucapan (sastra). Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita), plot dan setting. Ketiganya merupakan unsur fiksi secara factual dapat dibayangkan peristiwanya, eksistensinya dalam sebuah novel. Oleh karena itu ketiganya dapat pula disebut sebagai struktur faktual (factual structure) atau derajat factual (factual level) sebuah cerita. Ketiga unsur tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan dalam rangkaian keseluruhan cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan seperti masalah cinta kasih, rindu, takut maut, religius, dsb. Dalam hal tertentu sering tema dapat disinonimkan dengan ide tau tujuan utama cerita.
Sarana pengucapan sastra, sarana kesastraan (literary devices) adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang bermakna. Tujuan penggunaan (tepatnya pemilihan) sarana kesastraan adalah untuk memungkinkan pembaca melihat fakta sebagai mana yang ditafsirkan pengarang dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang macam sarana kesastraan yang dimaksud antara lain berupa sudut pandang penceritaan, gaya (bahasa) dan nada simbolisme dan ironi.
Setiap novel akan memiliki tiga unsur pokok sekaligus mirip unsur terpenting yaitu tokoh utama, konflik utama, dan tema utama. Ketiga unsur utama itu saling berkaitan erat dan membentuk satu kesatuan yang padu, kesatuan organisme cerita unsur inilah yang terutama membentuk dan menunjukkan sosok cerita dalam sebuah karya fiksi. Kesatuan organis (organik unity) menunjuk pada pengertian bahwa setiap bagian subkonflik, bersifat menopang, memperjelas, dan mempertegas eksistensi ketiga unsur utama cerita tersebut.
c. Cerita dan Wacana
Cerita merupakan isi dari ekspresi naratif, sedang wacana merupakan bentuk dari suatu (baca : cerita, isi) yang diekspresikan (chatman, 1980 : 23). Cerita terdiri dari peristiwa (events) dan wujud keberadaannya. Peristiwa itu sendiri dapat berupa tindakan, aksi (actions, peristiwa yang berupa tindakan manusia, verbal dan nonverbal dan kejadian (happening, peristiwa yang bukan merupakan sarana untuk mengungkapkan isi, atau secara singkat dapat dikatakan unsur cerita adalah apa yang ingin dilukiskan dalam teks naratif itu, sedang wacana adalah bagaimana cara melukiskannya.
Perbedaan unsur teks naratif ke dalam dua golongan itu juga dilakukan oleh kaum formalis rusia, yaitu yang membedakannya ke dalam unsur fable (fibula) dan (subjek). Fable mirip aspek teks naratif yang ingin disampaikan kepada pembaca. Berdasarkan pandangan bahwa teks naratif merupakan sebuah fakta semiotik – semiotik adalah ilmu tentang tanda, sedang sesuatu itu dapat dipandang sebagai tanda jika mewakili dan atau mengacu sesuatu yang lain chatman menganggap bahwa pembagian unsur teks ke dalam unsur cerita (atau : isi content) dan wacana atau (eksperimen).
No comments:
Post a Comment